Sunday, August 13, 2006

Pejuang tidak boleh menangis!

Pejuang tidak boleh menangis!

Setiap bulan Agustus singgah berkunjung
Sambil merekatkan bendera-bendera merah putih kecil dari kertas minyak
Ke sepanjang putih benang-benang kenur
Kakek ku berkata

Pejuang adalah pejuang,
Kalau takut harus enyah
Kalau darah harus tumpah
Kalau jiwa harus dipersembahkan
Bukanlah dilakukan tanpa tujuan
Tapi, Pahlawan bukanlah satu-satunya gelar impian

Kakek ku berkata
Darah dan jiwa seorang pejuang kemerdekaan adalah sepotong batu-bata
Yang dipersembahkan buat anak bangsa selanjutnya
Untuk dikelola, biar bisa terwujud rumah bersama
Sebagai tempat berlindung dan membina keluarga raya
Berdaulat, bermartabat, gemah ripah loh jinawi

Setiap bulan Agustus singgah berkunjung
Sambil memandang wajah bocah-bocah cemong berlomba menggigit uang logam
yang ditancapkan ke dalam papaya yang dilumuri jelaga
Kakek ku bertanya

Kapan mulai melanjutkan pembangunan rumah besar?
Mengapa kaum papa tak bisa berteduh, dan mati kedinginan disudut jalan?
Mengapa banyak batu-bata teronggok terabai?
Lebih suka membudakkan diri lagi pada arsitek luar negeri demi sebuah komisi?
Bagaimana anak cucu nanti?
Tak bisakah kita wariskan sedikit kehormatan dan martabat?
Tak bisakan kita teladani mereka dengan kemandirian?

Sambil memandang liuk gemulai bendera merah putih yang di ayun-ayun angin
Di ujung batang bambu kuning
Diantara congkak hutan beton angkuh
Mata kakek berkaca-kaca
Tapi sekuat tenaga beliau berusaha agar airmata tidak menetes
Pejuang tidak boleh menangis !

Banjarmasin, 13 Agustus 2006

Hayat
Penikmat seni dan sayur asem
http://www.presiden-hayat.blogspot.com/