Tuesday, May 03, 2005

konglomerat dan anaknya

Pernah, seorang yang sangat kaya di jaman orde baru mengajak anaknya ke pedalaman klaten. Tujuannya untuk menunjukkan kepada anaknya bagaimana orang-orang miskin tinggal. Mereka tinggal disana kurang lebih satu minggu. Semacam program home stay gitu. Apakah mereka menyogok atau mengintimidasi lurah untuk bisa menyamar dan tinggal dikeluarga petani, aku nggak tau pasti.

Dalam perjalanan pulang, setelah pesawat lepas landas dari Bandara Adisucipto menuju Jakarta, si konglomerat bertanya :

“ Hi son !, Gimana ? kamu sudah lihat bagaimana orang-orang miskin tinggal “
“ Sudah, Dad ! “ Acuh tak acuh dia menjawabnya.
“ Kita punya teras yang mencapai halaman depan, mereka punya seluruh cakrawala.
Kita punya kolam renang di halaman belakang, sungai jernih mereka tak berujung.
Kita punya lampu taman dari italy, mereka punya seluruh bintang di langit
Kita membeli makanan, Mereka menanamnya sendiri
Kita punya pembantu yang melayani kita, mereka bergotong royong saling membantu
Kita punya alarm,satpam,dan tentara yang bisa dibeli untuk melindungi kita,
Meraka punya teman yang saling melindungi “
Si konglomerat dheleg-dheleg.
“ Thanks dad ! sudah ditunjukkan bagaimana miskinnya kita “

Hayat
Penikmat seni dan sayur asem

* just rebuild this story

0 Comments:

Post a Comment

<< Home