fragmen tentara dan sang bapak
Ini kisah tentang seorang bapak di Klaten di jaman orde baru yang anaknya seorang tentara. Dia mendapat kabar bahwa anaknya sudah berada di
“ Pak, waktu di timor-timor kemaren ada anak yang kena granat dan buntung ke dua kakinya. Tangannya juga tinggal satu . Dia nggak tau harus pergi kemana. Saya sedang mengusahakan agar si anak bisa kita bawa dan tinggal di rumah kita kelak “. Si Bapak menghela nafas
“ Nak, memang mulia niatmu, tetapi bukan kita yang harus yang menolong. Tinggal dengan orang yang cacat sungguh akan membebani kita. Kita punya kehidupan sendiri. Kehidupan kita akan terganggu. Kita akan direpotkan olehnya”
“ Tapi Pak, saya sangat ingin agar dia bisa tinggal serumah dengan kita “
“ Tidak ! kamu harus pulang dan lupakan dia. Dia akan tau kemana kemana dia pergi . Bapak tidak akan setuju. “
bruk !…tuuuuut.. tiba-tiba terdengar gagang telepon di banting oleh si anak !. Si Bapak kaget dan maklum anaknya marah nggak dituruti kemauannya.
Beberapa hari kemudian. Si Bapak mendapat telpon lagi. Tapi kali ini dari komandan anaknya yang mengabarkan bahwa anaknya meninggal dan diduga bunuh diri.
Si Bapak segera ke
***
Ah..kadang-kadang kita juga masih sering bersikap seperti si Bapak…kita dengan mudah cinta pada orang yang cantik, yang sehat, yang menyenangkan…cenderung menjauhi orang-orang yang tidak menyenangkan kita. Kita sebel sama tukang ojek yang bau keringatnya asem banget, geram kalau satu lift dengan kurir atau driver yang baunya menyengat… astaghfirullahaladzim. Masih ada juga rasa sombong dalam diri kita yang atas izin Allah hanya sedikit lebih wangi, sedikit punya kepintaran dan harta berlebih. Bukankah setan diusir dari surga karena kesombongannya ? bukankah qorun, abrahah, fir’aun juga dibinasakan karena kesombongannya.
Ah..ternyata aku juga masih sering berbuat sombong dan dosa…
Mari kita mencintai dan menerima orang apa adanya.
Hayat
Penikmat seni dan sayur asem
* just rebuild the story
0 Comments:
Post a Comment
<< Home