Sunday, July 17, 2005

Dawet

Aku punya cara minum dawet sendiri. Tapi ya jangan coba-coba cari caraku ini di Table Manner . Di jamin tidak ada !. Bahkan kalau anda penganut paham bahwa Not knowing how to eat properly is a sign of outsider status ya jangan coba-coba untuk mengikutinya. Karena aku biasanya minum dengan cara dikokop langsung (Kecuali di acara resepsi tentu saja ). Tanpa sedotan. Tanpa sendok dan selalu berusaha memakai mangkuk yang agak tinggi. . Alasannya sederhana, ketika bibir kita sudah mau menyentuh bibir mangkuk maka aroma harum vanilla atau pandan dawet segera menuntun kita mengunyah sedikit demi sedikit cendolnya yang kenyil-kenyil. Prosesi menikmati dawet jadi lebih asyik.

Aku suka dhawet kampung. Terutama dhawet-nya orang Mangi. Disebut Mangi, karena penjualnya berasal dari Temu Wangi. Yang membedakannya dengan dhawet lain adalah bentuk cendhol-nya yang sedikit lebih besar. Buncit dan tingkat kenyil-kenyilnya pas dengan seleraku. Warnanya biasanya ada tiga macam. Merah.Hijau dan Putih bening. Dan tanpa ditambah Es. Baik itu Es batu bongkahan maupun yang dipasah. Hanya sesekali aku minum dawet dengan dicampur Es.

Aku memang penggemar minuman yang terbuat dari cendol,santan dan gula ini. Minuman ini memang mudah didapat di mana saja. Hanya nama, rasa dan cara penyajian nya yang membedakannya antara minuman dawet di daerah satu dengan lainnya. Kalau singgah ke Riau cobalah minum dawet di seberang Mal Pekanbaru. Dawet disini disajikan dengan es batu dan ditambah tape ketan. Atau kalau di Jakarta, bayak dawet ayu – Banjarnegara dijajakan berkeliling. Penjualnya biasanya mengikutkan dua dari punakawan di pikulan atau gerobak dorong mereka. Seingatku Semar dan Gareng. Aku sering menanyakan asal-asulnya tetapi selalu mendapatkan jawaban yang kurang memuaskan. Rata-rata mereka menjawab nggak tahu atau hanya meneruskan tradisi sebelumnya. Memang pernah ada penjual yang bercerita bahwa dua dari punokawan inilah yg menyelamatkan seorang putri yang diculik. Tetapi, maaf aku nggak ingat lagi detailnya. Meski hanya berjualan dawet, tapi jangan pernah menganggap sepele mereka. Keuntungan bersihnya bisa berkisar antara lima puluh sampai dua ratus ribu rupiah per hari.

Dalam rangkaian upacara pernikahan Adat Jawa (Khususnya Solo dan Jogja). “Berjualan” dawet juga merupakan salah satu acara yang penting. Biasanya dilakukan setelah siraman. Ibu mempelai wanita bertugas “berjualan” dawet. “membayar” dawet nya pakai pecahan genting (kreweng/wingko). Yang aku tahu, makna dari berjualan dawet ini adalah agar kelak kedua mempelai dapat rejeki yang melimpah selayaknya cendol dalam minuman dawet dan tidak mendapatkan halangan yang berarti.

Memang tidak dilarang membeli dawet di mal, di food court atau di tempat-tempat yang nyaman lainnya. Itu hak masing-masing orang untuk membeli sesuatu dan dimana, tetapi kalau boleh aku mengajak, marilah kita juga tidak melupakan dawet-dawet kaki lima. Kalau ada waktu dan kesempatan ada baiknya juga kita membeli juga dari sana. Mungkin kita bisa selang seling beli dawet di mal dan di pasar tradisional. Tidak salah juga kalau ada yg kritis menanyakan apakah higienis atau tidak. Tapi percayalah, Alhamdulillah, selama ini aku tidak pernah sakit karena meminum dawet kaki lima.

Ah.Ternyata aku masih belum bisa seperti Ibu Zumrotin. Khabarnya, mantan ketua YLKI itu selalu berbelanja di Pasar Tradisional. Tidak pernah belanja di Mal. Coba kalau kita punya kesadaran seperti beliau, banyak pengusaha kecil lokal yang akan maju pesat dan peredaran uang akan semakin luas. Uang tidak melulu jatuh ke orang yang itu-itu saja. Ah.dengan alasan kenyamanan, kesehatan, kepraktisan, rasa keperpihakan kita terhadap pedagang kecil dan orang – orang miskin terpinggirkan. Semoga hal ini tidak menyakiti hati Tuhan.

Aku minum dawet terakhir kali tiga hari yang lalu waktu mudik ke Cawaz. Aku inget Jangkung dan Aas. Alhamdulillah. Betapa beruntungnya aku, hanya dengan duit 500 perak, aku bisa minum dua porsi mangkok besar dawet Mangi. Coba tanya Jangkung dan Aas. Mereka harus mengeluarkan duit berapa untuk minum dawet di Jepang atau di Amerika?

Hayat
Penikmat seni dan sayur asem.