Wednesday, June 01, 2005

misunderstanding

Temanku pernah bercerita. Suatu hari temannya temanku naik angkot.
Ketika turun dan akan membayar, si sopir bertanya : " Darimana mas ? "
" Dari rumah teman " Kata temannya temanku itu kalem. Dia tidak menyadari bahwa si sopir bertanya darimana tadi dia naik.

Ya. Salah paham memang sering terjadi. Bisa saja dalam suatu percakapan ataupun ketika kita menafsirkan suatu tindakan.
Faktor - faktor yang menyebabkan salah paham juga banyak. Bisa dari si penyampai, bisa dari medium penyampaiannya, bisa juga dari si penerima. Apalagi bahasa - yang saat ini aku tahu - Bahasa Indonesia, juga banyak kelemahannya.

Coba kita lihat contoh dibawah ini :
- Pak Halim mencintai istrinya. Demikian pula Pak Handi.
Ini bisa di artikan :
1. Pak Halim mencintai istrinya. Pak Handi juga mencintai istrinya sendiri.
2. Pak Halim mencintai istrinya. Pak Handi juga mencintai istrinya Pak Halim

Dalam menilai suatu tindakan, Salah satu faktor penyebab salah paham adalah adalah persepsi.
Ketika kita melihat ada seseorang berkata kepada orang lain.
" wah ! bangsat lu, kemana aja lu !, Setan ! gua cari-cari kemana-mana nggak ketemu "
mungkin reaksi spontan kita adalah... wah kurang ajar bener nih orang yang bilang begitu. Tetapi, apakah penilaian kita ini benar ?
Belum tentu. Bisa jadi orang-orang tersebut teman lama dan jarang bertemu. Bisa saja ungkapan bangsat itu sebuah ekspresi keakraban dan kehangatan serta kedekatan seorang teman lama. Bukan bangsat dalam artian biasa yang kita pahami.

Kalau boleh menyarankan, janganlah kita terburu-buru menilai tindakan seseorang. Kita harus tahu latar belakang dan azbabun nuzulnya.
Salah satu kunci untuk menghindari salah paham adalah berkomunikasi yang baik. Menggunakan bahasa yang baik. Usaha lainnya adalah kalau ada yang dirasa aneh, kita harus segera bertanya untuk mengklarifikasinya. Dan kalau tidak sempat atau tidak mungkin adalah dengan berusaha memahaminya.

Menurutku, Cara ini juga berlaku untuk hubungan transendental kita dengan dengan Allah SWT. Dengan Tuhan.
Supaya kita tidah salah paham dengan Allah SWT. Supaya kita bisa memahami segala apa terjadi dan membaca ayat-ayat kauniah-Nya. Wajar memang, ada kalanya kita salah paham. Bahkan Nabi Musa pun pernah salah menilai apa yang dilakukan khidr. Tapi kita harus mencegah terjadinya salah paham semampu kita.

Temanku - yang aku sebut diawal - juga pernah bercerita. Suatu saat temannya temanku memfoto-copy beberapa dokumen kantor. Ketika selesai dia segera membayar dan pergi dari tempat foto copy. Ditengah perjalanan dia menyadari bahwa dokumen asli yang difoto copy tertinggal. Segera dia kembali ke tempat foto copy. Seampainya disana, dia bertanya kepada si tukang foto copy : " Aslinya mana mas ! "
tapi apa kata si tukang foto copy.
" Tegal. Asli saya Tegal "

hayat
penikmat seni dan sayur asem

0 Comments:

Post a Comment

<< Home