Monday, August 01, 2005

Bahasa

Bahasa

Berseloroh temanku menasehati : “ kamu boleh keliru memilih istri, tetapi jangan pernah salah memilih mertua.“. Terkekeh-kekeh dia sambil bicara begitu. Aku hanya tersenyum dan tidak membantah ataupun mengiyakannya. Tapi kali ini aku tidak berniat bicara atau mengomentari substansi pembicaraan. Aku ingin mengajak kita berhenti sejenak mengamati kejadian percakapan antara aku dan temanku. Mengapa bisa terjadi percakapan antara dua orang atau lebih ? Bagaimana informasi dari seseorang bisa diteruskan ? Bagaimana program-program komputer yang rumit dan rumus-rumus kimia yang pelik bisa dipahami ? Ya. Lebih mengerucut lagi aku ingin bicara tentang Bahasa. Walaupun bukan ahli bahasa, aku berani mengatakan bahwa tanpa adanya bahasa, dalam waktu yang tidak begitu lama, manusia pasti akan punah, seperti halnya Dinosaurus.

Kita memang cenderung melupakan pentingnya sesuatu dan kurang menghargai ketika kita masih memiliki atau bisa melakukannya. Kita lupa bahwa bernafas adalah suatu anugerah yang dahsyat. Kita lalai bahwa bisa kentut adalah anugerah yang hebat. Kita menganggap biasa ketika kita bisa bangun dari tidur dan melakukan kegiatan sehari-hari. Kita sering lupa bersyukur pada Tuhan. Kita baru ingat arti pentingnya bernafas, kentut, dan sehat ketika kita susah bernafas, ketika kita tidak bisa buang gas atau ketika kita tidak bisa bangun dari tidur. Demikian juga kita sering lupa akan pentingnya Bahasa.

Kalau tidak ada bahasa, apakah jadinya, jika ada seorang gadis yang tidak bisa memanjat pohon, sangat ingin sekali makan mangga atau jambu yang tumbuh di halaman rumahnya. Bagaimana caranya seorang jejaka ingin mengungkapkan cinta kepada gadis pujaannya. Apakah bisa tercipta puisi yang indah ? Apakah bisa tercipta pesawat ruang angkasa yang canggih ? Apakah bakal ada komputer,televisi, radio, ataupun telepon genggam ? Kita tentu sepakat bahwa jawaban dari semua itu adalah tidak.

Kira-kira bangsa atau bahasa apa ya yang paling tua di dunia ini ? Konon, Raja mesir – Psammetichus, jauh sebelum masehi, mengasingkan dua buah bayi yang lahir bersamaan di suatu taman untuk mengetahuinya. Ketika mereka mulai berbicara, mereka mengucapkan “bekos” yang ternyata berasal dari bangsa Frigia yang berarti roti.

Sekali lagi, sebagai orang yang bukan ahli bahasa, semangat dan usaha para pendahulu kita, termasuk Herodotus yang menceritakan kisah diatas, wajib kita hargai. Kita juga wajib berterimakasih dan bersyukur karenanya.

Konon Tuhan marah pada umat Nabi Nuh, yang setelah selamat dari banjir besar, dan mendaratkan perahunya di Tanah Sinear, ingin mengabadikan nama mereka pada menara babel yang akan dibangun menyundul langit. Menyundul langit. Tuhan, marah atas kesombongan manusia-manusia ini dan menghentikan proyek pembangunan menara. Caranya ? Tuhan mengacaukan bahasa-bahasa mereka sehingga satu-sama lain tidak bisa memahami apa yang dikomunikasikannya. Terjadi kesemrawutan yang dahsyat sehingga proyek ini kandas dan mereka berpencar ke segala pelosok bumi. Sekali lagi, konon, inilah yang membuat bahasa di dunia ini bermacam-macam.

Ada sebuah kisah. Suatu saat konon ada seorang bapak ingin menanyakan keadaan anaknya yang baru saja pindah sekolah dari klaten ke London.
“ Gimana nak sekolah disana ? “. Sedikit kresek-kresek, terdengan anaknya bicara
“ Pre testnya gagal semua pak ! “.
“ Kenapa ? “
“ Aku tadi malam belajar biologi dan fisika, tetapi ketika di bagikan soalnya, ee, ternyata semua soal-soalnya bahasa inggris “ he..he..he

Bahasa suatu etnis atau bangsa tertentu memang terkait dengan budayanya. Butuh usaha extra keras untuk memahaminya. Ketergantungan terhadap bahasa tertentu di pergaulan global juga tak terhindarkan. Menarik sebenarnya, ide Dr.Ludovic Lazar Zamenhov – Seorang Dokter Mata yahudi - yang meluncurkan Bahasa Esperanto tahun 1887 - bahasa auxiliary untuk komunikasi internasional. Sebagai sebuah demokratisasi bahasa. Bahasa global untuk setiap manusia. Esperanto sendiri berarti Suatu Harapan. Tetapi nampaknya perkembangannya termasuk lambat. Banyak yang belum mengerti tentang bahasa ini – termasuk aku sendiri. He..he..he

Tapi menurutku, sekarang ini yang lebih dibutuhkan adalah bahasa hati. Karena banyak yang meninggalkan hatinya di rumah ketika ngantor. Banyak yang tidak membawa hati ketika diberi amanah untuk memimpin. Menambatkan hatinya entah dimana atau digadaikan dengan apa ketika mengambil keputusan. Ya… Ijinkanlah aku memprovokasi anda semua untuk selalu menuruti hati nurani. Follow you blizz !.Salam.


Hayat
Penikmat seni dan sayur asem.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home