Thursday, May 03, 2007

Belief comes first

“ There can be miracles, when you believe, “ (Mariah Carey)

Keynote speaker mengajak kami – peserta workshop – bernyanyi bersama-sama untuk mengakhiri acara. Aku hanya bisa mengikuti bagian refrain-nya – yang aku kutip diatas – dengan benar, selebihnya terbata-bata membaca teks dan ter-sronthal-sronthal mengikuti lagu. Lain ceritanya kalau lagunya dipilih dari penyanyi atau band yang aku sukai saat itu. Atau lagunya sudah aku hafalkan terlebih dahulu. Pastilah lebih fasih aku menyanyikannya. Tapi yang penting bukan itu karena ini bukan kontes nyanyi macam Indonesian Idol atau AFI. The message is crystal clear. Selalu ada keajaiban kalau kita mempercayainya.

Betul! Disamping memaparkan teori-teori yang masuk akal dan memikat, simulasi dan games-games yang mendukung, Narasumber - yang berasal dari Singapore – masih mengingatkan pentingnya keyakinan sebagai kunci untuk meraih tujuan. Keyakinan & nafsu untuk sukses harus datang terlebih dahulu. “ Keinginan untuk sukses harus lebih besar daripada ketakutan untuk gagal “ katanya kurang lebih seperti itu kalau aku tidak salah ingat. Sepertinya dia mengutip pendapat Bill Cosby.

Affirmative. Sulit untuk bilang tidak setuju karena aku juga punya pengalaman yang melibatkan keyakinan. Pernah, ketika aku mengikuti seleksi menjadi karyawan di salah satu perusahaan besar, aku sangat yakin bahwa aku akan diterima. Entah mengapa, aku percaya seratus persen bahwa Allah akan mengabulkan doaku. Tanpa keraguan sedikitpun. Ya. Tanpa keraguan sedikitpun. Betul saja, dari sekian banyak pelamar, aku termasuk 8 orang kandidat yang diterima.

Lain waktu, kontrak kerjaku tidak diperpanjang. Mungkin, karena aku sering menolak perintah bossku yang tidak proporsional. Tapi aku yakin bahwa doa orang yang diperlakukan tidak adil akan mendapatkan prioritas. Betul saja. Nggak sampai satu bulan, aku dipanggil lagi oleh boss yang sama dan jadi karyawan tetap.

Dan, peristiwa yang - mungkin bagi orang lain - aneh adalah ketika aku diundang ke suatu acara dan kebetulan di sediakan door prize. Begitu memasuki ruangan aku sudah yakin bahwa aku akan mendapatkannya. Betul saja, di paruh acara, kartu namaku tercabut dari toples undian dan aku memenangkan hand phone tipe terpopuler.

Ada lagi – yang mungkin kedengarannya gila – aku pernah yakin bahwa duitku akan selalu diisi ulang setiap kali habis. Betul saja! Dengan jalan yang tak terduga hal itu terjadi.

Happy ending? Nggak tahu! Karena biasanya kalau ada sedikit saja keraguan maka apa yang aku yakini tidak akan terwujud. Sedikit saja aku bimbang, maka doa-doaku biasanya hanya pergi tertiup angin. Sedikit saja aku sangsi, apa yang aku harapkan tidak akan terjadi. Sedikit saja saja aku tidak percaya, “ Go to hell, “ begitu mungkin kata Allah.

Iman, kepercayaan, keyakinan adalah harta karun yang dipunyai oleh setiap manusia. Aku tinggal percaya dan meyakininya, maka segala sesuatu akan seperti yang aku harapkan. Semudah itukah? Ya. Tapi aku kerap terombang-ambing karena logika, nalar, dan doktrin (seeing is believing) juga menarik-narik diriku dengan sangat kuat.

Hayat

Penikmat seni dan sayur asem