Tuesday, January 10, 2006

Daun

Daun
Cerpen Hayat

“ Mas matiin dong Hpnya ! “ Rajuk Katrin yang melihatku mondar-mondir menerima telepon. Padahal sinyal dalam kamar hotel ini kuat sekali. Tapi memang kalau sudah kebiasaan agak susah mengubahnya. Seperti halnya kebiasaanku yang selalu memanggil dan meminta Katrin untuk menemaniku setiap kali aku ke dinas ke Jakarta.
“ Kalau sibuk telepon-teleponan terus ya, aku pulang saja ! “ protesnya sambil mengusapkan glossing serum ke ujung-ujung rambutnya. Mengurutnya perlahan-lahan hingga rata tapi berhati-hati sekali supaya tidak mengenai kulit kepalanya. Membuat rambutnya lebih bercahaya setelah kusam di panggang alat pengering rambut Sementara wangi campuran bunga-bunga segar sudah menyebar dari tubuhnya begitu dia keluar dari kamar mandi beberapa saat yang lalu. Wangi parfumnya selalu bisa membuatku turun pitam, mengurangi stress tapi sekaligus juga menaikkan laju adrenalinku. Beberapa saat kupandangi wajah berbentuk mirip hati itu.
“ Dari istriku. Biasa, inspeksi rutin “ Kataku sambil meletakkan hp di meja dan menuangkan kopi dari coffe maker. Suatu kebiasaan juga setiap kali aku keluar kota, pasti istriku akan menelpon menanyakan aku sedang dimana dan sedang apa. Kemudian melaporkan setiap perkembangan di rumah.
“ Daun, anak perempuanku yang masih berumur satu tahun rewel terus katanya “ Lanjutku sambil menyobek sachet gula, menuangkan ke cangkir kopi dan mengaduknya.
“ Tumben dia rewel di tinggal ayahnya “ gumamku lagi sambil menggeser kursi ke dekat kursi yang diduduki Katrin. Katrin hanya diam. Mungkin masih ngambek. Kali ini tangannya sibuk membetulkan dan mengencangkan tali piyama. Tubuh mungilnya tenggelam, terbalut piyama yang memang terlalu besar
“ Kangen mungkin, sama papanya “ Akhirnya Katrin bereaksi. Tangannya mengambil sebatang rokok dan menyulutnya.
“ Katanya anak perempuan punya ikatan bathin yang kuat dengan papanya “ lanjutnya sambil menghisap nikotin pertamanya.
“ Mungkin saja. Soalnya dengan akulah dia biasa bermain-main. Istriku memang over protektif. Meskipun waktu dan tenaganya habis untuk mengurus rumah dan segala macam. Tapi semua kegiatan anakku tidak pernah lepas dari pengawasannya. Mungkin dia tidak nyaman dilarang ini itu. Jadi Daun lebih dekat dengan aku, padahal dia lebih sering bersama ibunya “
“ Orang kaya seperti mas nggak punya pembantu ? “ Katrin memotong pembicaraanku . Dia mengernyitkan alis dan dahi. Heran.
“ Ya, Sebenarnya kami bisa mencari pembantu sebanyak yang kami perlu, tapi istriku tidak rela anaknya dibesarkan oleh pembantu. Dia trauma. Adiknya yang masih kecil tenggelam dan meninggal di kolam renang rumahnya beberapa tahun yang lalu. Pembantunya yang asyik melihat telenovela tidak menyadari ketika si anak menyelinap keluar dan tercebur ke kolam renang. Sejak saat itu dia tidak percaya lagi terhadap pembantu. Dia meminta izinku untuk berhenti bekerja dan seratus persen ingin jadi ibu rumah tangga ketika Daun lahir. Aku menghormati keputusannya. Sungguh, aku sebenarnya tidak keberatan dan justru mendorong dia agar mengambil S2 atau bekerja lagi. Tapi … tampaknya dia menikmati sekali jadi ibu rumah tangga. “
Aku berhenti sebentar, menyeruput kopi dan bicara lagi, “ Jujur saja, sampai sekarang aku juga belum bisa mengerti keputusan yang diambil istriku. Bagaimana istriku memilih meninggalkan karir yang bagus. Memilih repot mengurus anak dan rumah tangga sendiri. Letak bahagianya dimana ? Dengan uang yang aku miliki, sebenarnya dia tidak perlu susah seperti itu. Dengan uangku dia bisa melakukan segalanya. Ya. Melakukan apa saja yang bisa membuatnya bahagia. “
“ Dunia memang aneh mas. Banyak ironi. Yang dikasih uang banyak, tidak mau melakukan apa saja, sedangkan aku harus melakukan apa saja untuk mendapatkan uang. Karena dengan uanglah aku yakin bisa bahagia. Karena dengan uanglah aku bisa melakukan sesuatu yang aku inginkan. Meskipun untuk mendapatkan uang yang banyak, kadang-kadang aku harus melakukan sesuatu yang aku tidak suka “
“ Termasuk tidur dengan orang tua seperti aku ? “ kupandang mata Katrin tajam.
“ Jangan tersinggung mas. Sumpah ! Aku suka menemani mas dan menikmatinya. Aku bahkan merasa tidak seperti pelacur ketika bersama mas, karena aku tidak pernah diperlakukan sebagai seorang pelacur. Aku berterimakasih masih ada orang yang menghargai pelacur “ Katrin bangkit dari kursi. Membuka kulkas, mengambil es batu, menaruhnya dalam gelas, dan menuangkan chivas.
“ Aku malah kagum dengan keputusan istri mas “ Katanya sambil meneguk chivas nya. Aneh, dia tidak menyentuh wine di meja. Kutangkap isyarat ini sebagai keengganan mendengar ceritaku.
“ Kalau kamu keberatan aku menceritakan keluargaku, kita bisa ganti topik pembicaraan“
Tapi , “ Tidak mas. Teruskan saja. Aku mendengarnya “ Katrin tersenyum.
“ Kenapa kamu kagum dengan istriku ? “ Tanyaku heran,
“ Aku kagum karena orang sepinter dan sekaya istri mas, masih mau melakukan tugas-tugas rumah tangga, dan membesarkan anak sendiri. Terus terang, pilihan menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu pilihan populer. Malah, cenderung dianggap kuno dijaman modern seperti sekarang ini. Wanita karir lah yang dianggap hebat dan sukses. Banyak sekali pengikut kepercayaan ini. Uang dijadikan orientasi dan tolok ukur keberhasilan atau kesuksesan seseorang. Pekerjaan ibu rumah tangga yang mulia dan super berat justru terdegradasi. Bahkan oleh perempuan sendiri. “
“ Kalau saja istriku lebih rasional dan tidak terbelenggu oleh keyakinannya, pastilah dia sukses kedua-duannya. Cemerlang di karir dan berhasil mendidik anak. Aku yakin sekali akan kemampuannya. Menurutku, trauma dan keyakinannya lah yang memasung dan menjebaknya ke dalam labirin rutinitas. Mengawasi anaknya menjadikannya ekstase dan melupakan kegiatan-kegiatan menyenangkan yang lain. Sangat berbeda dengan aku yang rasional, realistis, dan pemuja logika. Menurutku, keyakinan terhadap sesuatu bisa salah, seperti halnya anak kecil yang percaya bahwa setiap kali dia mengedipkan mata, maka pada saat itu seluruh dunia sedang mati lampu. Semuanya harus didasarkan pada logika. Aku juga tidak mengerti mengapa istriku juga tak bergeming untuk meniru gaya hidupku yang glamour. Dia lebih suka tinggal dirumah mengawasi Daun daripada ke pesta-pesta yang diadakan kolegaku. Bukankan lebih menyenangkan dan membahagiakan berkumpul dengan orang-orang terkenal. Kita bisa membangun jaringan bisnis & dikenal dimana-mana. Aku akui dia selalu mendukung apa yang aku lakukan, tapi tidak jarang dia menasehatiku agar lebih meluangkan waktu untuk keluarga. Aku dimintanya untuk tidak menggadaikan seluruh waktuku buat kantor meskipun dia bersyukur akan kedudukanku dan penghasilan yang kuperoleh. Dan aku selalu bisa menenangkan istriku dengan mengatakan bahwa aku bekerja sekeras ini juga untuk dia dan Daun. “
“ Mas mungkin benar, tapi menurutku istri mas juga nggak salah. Ketika dia mencintai seseorang, kehilangan dengan cara yang menyedihkan dan mendapatkan seseorang lagi untuk dicintai, pastilah dia akan menjaga mati-matian agar tidak kehilangan dengan cara yang sama. Orang akan bahagia apabila merasa sudah berbuat sesuatu yang berguna bagi selain dirinya. Seperti halnya aku yang pernah merasakan pahitnya jadi orang miskin. Setiap kali hatiku seperti teriris mendengar adik-adikku menangis bilang lapar-lapar. Dan di ulang tahunku yang ke 17, aku bahagia sekali bisa membelikan kentucky fried chicken buat mereka, tak peduli, meskipun uangnya kudapat dari hasil menjual keperawananku. Aku bahagia sekali bisa melihat senyum adik-adikku. Kelangsungan hidup keluargaku lebih berarti dari pada keperawanan, mahkota dan simbol harga diriku. Aku melacur untuk hidup. Makanya aku mengutuk perempuan yang menjual tubuhnya demi pulsa telepon, demi gengsi, demi dianggap modern, karena takut kehilangan pacarnya dan alasan-alasan bulls..t lainnya. Bagiku mereka adalah perempuan-perempuan cengeng sontoloyo. Manusia-manusia tidak punya karakter dan kepribadian. Orang-orang dungu yang harus dibasmi. Meskipun wangi, tapi mereka adalah sampah yang wajib didaur ulang “ Katrin tampak geram. Tangannya mengepal , dan,
“aku akan berhenti melacur begitu modalku sudah cukup untuk usaha yang halal dan bisa menghidupi adik-adikku dengan layak. Aku yakin Tuhan akan memaafkanku. Tidak seperti mereka yang mengaku orang baik-baik dan mencintai Tuhan tetapi bisanya hanya mengumpat, menuduh kami malas bekerja dan menstempel muka kami dengan stigma sampah masyarakat. Tetangga yang mengirim lezatnya aroma makanan, tetapi tidak pernah membagi dan peduli pada penghuni kanan kirinya yang kelaparan. Apakah bersedekah harus dengan melihat agama,kerabat, partai, kelompok atau golongannya saja ? Apakah yang disebut mencintai Tuhan diukur dari seberapa sering dia ke tempaht ibadah , memakai baju dan assesoris yang dikenakan nabi, pendeta, atau kepala biara mereka ? Bagiku orang yang paling terpuji diukur dari seberapa besar dia bermanfaat bagi orang lain. Bagaimana dia memperlakukan hamba Tuhan yang lain dengan tulus dan semestinya. Dan orang yang terpuji pastilah bahagia. Niat dan tujuan lah yang akan menentukan. Tuhan tidak mungkin tertipu dan tidak mungkin bodoh dalam menilai perbuatan hambanya. Tuhan pasti juga senang melihat apa yang istri mas lakukan“
Bunyi ring tone : Lady – lagunya Modjo – menyela pembicaraan kami. Dari sekretarisku di kantor minta approval.
“ Ok ! Go head. Put it on my desk. I will sign it later on. “ jawabku pendek mengakhiri pembicaraan setelah memujinya karena malam-malam masih di kantor. Tidak lupa juga menyuruhnya agar segera pulang. Katrin tampak tidak senang obrolannya di ganggu bunyi telepon. Tapi dia diam saja dan mencoba tenang.
“ Sorry “ Kataku sambil menatapnya dan menggengam tangannya erat. Katrin diam saja. Melepaskan tanganku dan meraih remote control . Mengganti saluran ke fashion tv.
“ Aku hanya tidak ingin ada yang mengganggu saat-saat berdua seperti ini mas “ Gantian dia yang menatapku. Tajam, menghujam.
“ Aku ingin agar mas juga menikmati saat-saat berdua seperti ini “ Katrin beranjak dari kursi, mematikan rokoknya dan duduk di pangkuanku. Kepalanya disandarkan didadaku. Kusibakkan rambutnya perlahan dan kukecup keningnya.
“ Aku juga berterimakasih padamu “ , kali ini kukecup bibir merahnya.
“ Kamu selalu bisa membuatku senang dan tahu bagaimana memperlakukan aku. Aku memang butuh refreshing. Dan perusahaan memberikan tunjangan khusus untuk itu . Aku berhak dan pantas diberikan itu semua, karena kuhasilkan berjuta-juta dollar untuk perusahaan. Aku layak diberikan first class service kemanapun dan dimanapun mengingat stress dan beban kerja yang kuhadapi sebelumnya. Stressku harus hilang untuk menghadapi pertarungan-pertarungan bisnis selanjutnya yang makin gila. Dan aku beruntung menemukan perempuan seperti kamu yang tahu cara memperlakukan aku “ Kukecup lagi bibir Katrin. Kali ini lebih lama. Kami berdua terdiam dan menikmatinya. Aku memang selalu menjadikan kamar tidur atau atau kamar hotel sebagai zona bebas sress dan tempat relaksasi. Aku bisa menangis disini, berdoa disini, bercinta disini, melepaskan basa-basi dan topeng-topeng yang biasa kita pakai di tempat umum, bahkan telanjang dan menari-nari. Apapun masalah yang timbul selama beraktivitas , kamar tidur atau kamar hotel selalu saja menjadi tempat kembali. Tiba-tiba hp ku berbunyi lagi. Katrin berdiri dan menyambar hp-ku, mematikan dan menuruhnya ke dalam safe deposit, menguncinya dengan kombinasi angka-angka yang aku tak tahu. Beberapa detik kemudian Katrin sudah memelukku lagi. Dan kali ini dia yang berinisiatif menciumku.
“ You’re a great kisser ! “ Katanya, sambil meneruskan menciumku lagi. Kuangkat tubuh Katrin yang paling banter hanya 45 kilo dan kuhempaskan di kasur.

***

“ Honey, sudah jam delapan nih ? “ kurasakan ada yang mengguncang-ngguncang tubuhku. Begitu melihat mataku sudah terbuka, katrin segera mencium keningku.
“ Sarapan sudah kupesan dan kutaruh diatas meja. Juga Hp-nya. Mas masih perlu aku ?. Kalau nggak, aku mau fitness. “
“ Terimakasih ya ! Kamu boleh pulang. Habis meeting sebentar, aku nanti mau langsung ke bandara. O..ya, nanti kutransfer uangnya di jalan. “
“ Nggak usah mas, kalau butuh saja nanti aku sms. Bye “ sekali lagi katrin mencium bibirku dan pergi. Dengan malas kusibakkan selimut, turun dari tempat tidur dan menuju meja. Kuhidupkan Hp dan kuketikkan **** sebagai password. Tanda Panggilan terabai dan pesan singkat muncul. Semuanya dari nomor istriku.
“ Mas kamu sedang apa sih ! suhu badan Daun panas banget nih ! “
“ MAS AKU SEDANG KE RUMAH SAKIT ! KENAPA HP-MU NGGAK AKTIF SIH !”
“ MAS AKU MENELPONMU BERKALI-KALI, KONDISI DAUN KRITIS MAS ! “
“ MAS DAUN MAS ! DAUN MAS ! DAUN MENINGGAL “


Hayat
Penikmat seni dan sayur asem.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home